my special occasional
Oooppsss, ternyata, sudah dua minggu saya tidak menulis di blog ini (*maafmaafmaaf*). Kali ini, ijinkan saya bercerita sesuatu yang mungkin berbeda dengan sebelumnya, agak pribadi, dan tentu saja (maaf lagi) subyektif.
Tiap hari raya, pastilah menorehkan makna yang berbeda untuk setiap orang. Tak terkecuali hari Lebaran, yang dirayakan oleh mayoritas penduduk Indonesia. Lebaran tahun ini, saya dan keluarga mendapat kesempatan langka, berkumpul dengan anggota keluarga yang pada hari-hari biasa tersebar di penjuru Indonesia. Bertemu sanak saudara mungkin hal biasa. Mengunjungi tanah kelahiran orang tua mungkin juga hal biasa. Apalagi jika tanah itu Yogyakarta, yang memang sudah biasa jadi daerah kunjungan. Tapi berkumpul dengan keluarga besar di tanah kelahiran para leluhur, ternyata pengalaman yang rrruuuaaarrr biasaaa....
Sungguh, mulanya saya pikir libur Lebaran ini akan biasa-biasa saja. Saya dan istri hanya punya niatan untuk memperkenalkan putri pertama kami pada nenek buyutnya, yang ingin menghabiskan hari-harinya di Yogya. Saat itulah, sesuatu yang tadinya biasa-biasa saja, jadi pengalaman batin yang tak sederhana.
Semua bermula saat melihat putri kami, Stella, tiba-tiba langsung cocok dengan buyutnya, seperti teman lama yang baru berjumpa lagi, tanpa hirau beda usia antara keduanya. Saat melihat, begitu banyak kemiripan fisik antara dua orang yang belum pernah bertemu itu. Mengharukan, saat mengingat bahwa wajah renta itu, telah memulai segalanya dari titik yang sama seperti Stella, puluhan tahun lalu. Menggetarkan, saat membayangkan Stella, dengan seiijin Tuhan, akan terus bertumbuhkembang untuk mencapai fase yang sama dengan nenek buyutnya. Sepertinya di hadapan saya, ada pentas tentang 'kehidupan manusia'. Seolah diingatkan, betapa kita sungguh telah dan akan mendapat bbbbaaaannnyyyaaakk sekali kesempatan dalam hidup.
Selang beberapa waktu, anggota keluarga lain mulai berdatangan. Berkumpul dalam hitungan yang tidak begitu besar, tapi jika diurutkan dalam 'pohon keluarga', terbentang 7 generasi. Dari nenek buyutnya Stella, sampai si keponakan yang ternyata sudah punya beberapa orang anak. Sehingga dilingkungan keluarga besar, ada yang harus memanggil saya 'eyang om'. Yang berarti juga mengharuskan Stella, si bayi 10 bulan, dipanggil 'tante Stella'....he..he... Saat kumpul itulah, keluarga besar berubah menjadi satu kumpulan yang beranekaragam. Namun ternyata, tetap terlihat benang-benang merah yang menautkan tiap orang di sana. Umumnya, terlihat lewat kesamaan rupa fisik, sampai kesamaan tabiat dan kebiasaan masing-masing, yang terbongkar lewat tukar cerita antar ibu-ibu..... Ternyata, mata besar, alis mata yang menyebar, serta rambut ikal adalah ciri-ciri fisik yang paling mudah ditemui. Sementara itu para ibu menyimpulkan, 'keras kepala namun baik hati' adalah ciri keluarga ini (hheehhhh, kaya'nya semua ibu-ibu selalu beranggapan anak dan suaminya keras kepala deh...*gerutugerutugerutu*).
Satu hal yang pasti, saya tak hanya dipertemukan kembali dengan sanak keluarga, tapi juga diperkenalkan lingkungan yang membesarkan keluarga saya. Dipertemukan dengan kekuatan-kekuatan yang membentuk jiwa setiap anggota keluarga. Saat pertemuan itulah, sedikit pengertian terbuka, bahwa setiap manusia sama. ...'coz everyone among us is a very very very tiny sparkling light of God...... everyone...... every 'I Am' presence..... Selamat Iedul Fitri.... Mohon maaf lahir dan batin..... Mohon maaf juga karena telat kasih ucapan selamat....he...he..he...
Oooppsss, ternyata, sudah dua minggu saya tidak menulis di blog ini (*maafmaafmaaf*). Kali ini, ijinkan saya bercerita sesuatu yang mungkin berbeda dengan sebelumnya, agak pribadi, dan tentu saja (maaf lagi) subyektif.
Tiap hari raya, pastilah menorehkan makna yang berbeda untuk setiap orang. Tak terkecuali hari Lebaran, yang dirayakan oleh mayoritas penduduk Indonesia. Lebaran tahun ini, saya dan keluarga mendapat kesempatan langka, berkumpul dengan anggota keluarga yang pada hari-hari biasa tersebar di penjuru Indonesia. Bertemu sanak saudara mungkin hal biasa. Mengunjungi tanah kelahiran orang tua mungkin juga hal biasa. Apalagi jika tanah itu Yogyakarta, yang memang sudah biasa jadi daerah kunjungan. Tapi berkumpul dengan keluarga besar di tanah kelahiran para leluhur, ternyata pengalaman yang rrruuuaaarrr biasaaa....
Sungguh, mulanya saya pikir libur Lebaran ini akan biasa-biasa saja. Saya dan istri hanya punya niatan untuk memperkenalkan putri pertama kami pada nenek buyutnya, yang ingin menghabiskan hari-harinya di Yogya. Saat itulah, sesuatu yang tadinya biasa-biasa saja, jadi pengalaman batin yang tak sederhana.
Semua bermula saat melihat putri kami, Stella, tiba-tiba langsung cocok dengan buyutnya, seperti teman lama yang baru berjumpa lagi, tanpa hirau beda usia antara keduanya. Saat melihat, begitu banyak kemiripan fisik antara dua orang yang belum pernah bertemu itu. Mengharukan, saat mengingat bahwa wajah renta itu, telah memulai segalanya dari titik yang sama seperti Stella, puluhan tahun lalu. Menggetarkan, saat membayangkan Stella, dengan seiijin Tuhan, akan terus bertumbuhkembang untuk mencapai fase yang sama dengan nenek buyutnya. Sepertinya di hadapan saya, ada pentas tentang 'kehidupan manusia'. Seolah diingatkan, betapa kita sungguh telah dan akan mendapat bbbbaaaannnyyyaaakk sekali kesempatan dalam hidup.
Selang beberapa waktu, anggota keluarga lain mulai berdatangan. Berkumpul dalam hitungan yang tidak begitu besar, tapi jika diurutkan dalam 'pohon keluarga', terbentang 7 generasi. Dari nenek buyutnya Stella, sampai si keponakan yang ternyata sudah punya beberapa orang anak. Sehingga dilingkungan keluarga besar, ada yang harus memanggil saya 'eyang om'. Yang berarti juga mengharuskan Stella, si bayi 10 bulan, dipanggil 'tante Stella'....he..he... Saat kumpul itulah, keluarga besar berubah menjadi satu kumpulan yang beranekaragam. Namun ternyata, tetap terlihat benang-benang merah yang menautkan tiap orang di sana. Umumnya, terlihat lewat kesamaan rupa fisik, sampai kesamaan tabiat dan kebiasaan masing-masing, yang terbongkar lewat tukar cerita antar ibu-ibu..... Ternyata, mata besar, alis mata yang menyebar, serta rambut ikal adalah ciri-ciri fisik yang paling mudah ditemui. Sementara itu para ibu menyimpulkan, 'keras kepala namun baik hati' adalah ciri keluarga ini (hheehhhh, kaya'nya semua ibu-ibu selalu beranggapan anak dan suaminya keras kepala deh...*gerutugerutugerutu*).
Satu hal yang pasti, saya tak hanya dipertemukan kembali dengan sanak keluarga, tapi juga diperkenalkan lingkungan yang membesarkan keluarga saya. Dipertemukan dengan kekuatan-kekuatan yang membentuk jiwa setiap anggota keluarga. Saat pertemuan itulah, sedikit pengertian terbuka, bahwa setiap manusia sama. ...'coz everyone among us is a very very very tiny sparkling light of God...... everyone...... every 'I Am' presence..... Selamat Iedul Fitri.... Mohon maaf lahir dan batin..... Mohon maaf juga karena telat kasih ucapan selamat....he...he..he...