My Personal Heroes
Akhirnya, saya kembali mendapatkan
akses ke buku-buku tercinta. Setelah masa adaptasi yang cukup lama di tempat tinggal yang sekarang, saya berhasil mengeluarkan sebagian buku-buku koleksi saya dari gudang. Saya memang gemar membaca, tapi bukan penikmat bacaan yang terlalu serius. Buku apapun, buat saya, seringkali merangsang timbulnya ide-ide baru dan memberi inspirasi. Tapi buku juga pernah membawa saya pada periode
kurang fokus. Yaitu saat saya terlalu banyak melahap bacaan di luar bidang studi dan pekerjaan saya. Buku juga membuat saya merasa miskin sekaligus kaya. Miskin, karena seringkali gaji habis untuk memborong buku bacaan. Apalagi, ketika masih membujang dulu. Kaya, jelas karena referensi yang terus bertambah. Juga kaya dalam arti yang sebenarnya, ketika buku yang dulu saya beli dengan harga cukup murah, pada masa krisis ini, bisa bernilai jutaan rupiah.
Para penulis buku, adalah 'pahlawan besar' bagi saya, sama seperti para guru dan pengajar di mata saya. Terkadang, saya tidak habis mengerti, bagaimana mereka mendapatkan ide-ide. Bagaimana mereka menemukan cara bertutur yang demikian memikat. Bagaimana mereka mengelola
'bank data'. Dan masih banyak lagi. Di bawah ini, adalah sebagian pengarang
favourite saya. Yang pasti, tidak satu pun dari mereka pernah meraih Nobel bidang Sastra, karena mungkin terlalu berat bagi otak saya.. :-P
Y.B. Mangunwijaya
One of my most favourite! Terutama karena beliau sangat
'lengkap', dan tulisannya banyak sekali menyentuh kehidupan pribadi dan profesi saya. Pada era Soeharto, tulisannya adalah oase segar, yang memberi alternatif baru, yang orang lain akan takut mengungkapkannya. Saya memiliki koleksi tulisan Romo Mangun yang cukup lengkap. Tetapi, bukunya yang saya suka, mungkin kurang terkenal, yaitu
Samadhi dan
Wastu Citra.
Goenawan Moehamad
Artikelnya di
Catatan Pinggir (Tempo), dan juga artikel-artikelnya di
DR, sangat mengagumkan. Dia sangat piawai membuat sintesa dari kejadian
kontemporer masa kini dengan fakta-fakta sejarah dan budaya yang lengkap. Saya kagum dengan kepandaiannya untuk menampilkan korelasi dari dua fakta yang kita pikir tidak ada hubungannya. Tapi terutama, saya kagum dengan
source data yang dia miliki, yang multidisiplin (bahasa pemerintah banget), dan sangat lengkap.
Umar Kayam
He..he.. Beliau berhasil meyakinkan saya, bahwa semua masakan itu
uueennaak tenan. Cerpennya sangat populer, dan berhasil ditampilkan dengan selera humor yang sangat bagus. Tulisannya juga muncul secara
'kontekstual', lengkap dengan kritik tanpa pernah menyinggung satu pihak pun. Perkenalan saya, dimulai dari
Mangan Ora Mangan Kumpul, yang berlanjut sampai ke
Sugih Tanpa Bondo.
Ketiga penulis di atas, adalah
'pintu' bagi saya ke dunia
'ilmu sosial'. Selain itu, ada beberapa penulis buku lain, yang bagi saya, juga tidak kalah mengagumkan:
Takeshi Maekawa
Buat sebagian orang, sekuel
Chinmi (Kungfu Boy), mungkin dilihat sebagai cerita fiksi saja. Padahal, gambar, suasana, dan teknik-teknik yang dilukiskan dalam buku tersebut, didasarkan pada teknik-teknik yang aktual dan riil. Beberapa teknik Chinmi untuk mendeteksi musuh-musuhnya, banyak yang merupakan teknik-teknik kontemplasi dari berbagtai aliran spiritual. Tapi yang terutama, perspektifnya itu lho... yahud banget.
Gosciny dan Uderzzo
Yaakk, betul..... Merekalah arsitek dari
Petualangan Asterix dan Obelix. Mungkin komiknya dianggap kurang serius, tapi semuanya disiapkan secara seksama dan 'benar'. Komik lucu ini, menampilkan sisi lain dari karakter dan adat istiadat bangsa-bangsa di dunia, yang memang sangat sesuai dengan kondisi sesungguhnya.
So, man-teman.... siapa penulis idola anda, itu nggak penting.
But let's gain samething from their writings.. Meminjam istilahnya Kiai Mustofa Bisri:
"Badan yang lelah butuh istirahat, hati yang lelah butuh bacaan". Oche..oche..oche...