The Levels of Love
Pada usia sekarang ini, saya (entah mengapa) sering menerima
'request' dari beberapa teman untuk mencarikan pasangan buat mereka. Mereka umumnya merasa putus asa dalam
fase pencarian ini, dengan berbagai alasan. Entah karena belum ada kecocokan, tidak ada waktu, kurang percaya diri, dan seterusnya, dan seterusnya. Mereka umumnya menyatakan, sulit sekali untuk
menemukan cinta seperti yang didambakan
Hmm... sulit menemukan cinta? Ada banyak teori memang. Saya tidak bermaksud memberi tips 'mencari cinta'. Tidak pula bermaksud menggurui. Hanya ingin berbagi dengan apa yang saya alami selama ini, bagaimana
'fase-fase cinta' itu berkembang sejalan perjalanan hidup saya, sejalan dengan usia hubungan itu sendiri. Dan ternyata, semua tergantung pengertian dan persepsi diri sendiri tentang cinta itu, anda boleh setuju, boleh tidak setuju.
saya cinta KARENA.....
In my humble opinion, ini adalah level yang paling dasar (pendapat saya lho..). Ketika segala sesuatunya masih berdasarkan kenyamanan untuk diri sendiri, beorientasi ke diri sendiri,
'taking only' relationship. Tidak ada yang salah dengan prinsip ini, karena ini proses yang biasanya terjadi saat kita mulai akil balik. Saat referensi yang dimiliki baru sebatas penampakan fisik. Cinta
karena dia yang saya idamkan itu
cantik-ganteng, tinggi semampai-kekar, humoris-pintar, dan seterusnya. Karena
service self oriented, maka segala kekurangan diri harus ditutupi. Dan segala kekurangan pasangan
is not acceptable.
saya cinta WALAUPUN....
Satu step lebih maju, karena sudah mulai berdasar
'take and give' relationship. Biasanya, setelah hubungan yang cukup lama, kekurangan-kekurangan dari orang yang kita idamkan mulai terbuka. Dan setelah hubungan yang lebih lama ini, pengertian mulai timbul sehingga segala kekurangan bisa diterima.
Walaupun si dia pemarah,
walaupun dia pendek,
walaupun sering ingkar janji, dan seterusnya. Pada fase ini, kelemahan diri pun bukan sesuatu yang aib untuk dibuka, karena kita mengharapkan pasangan juga menerima diri kita dengan kekurangannya.
saya cinta JUSTRU KARENA....
Naahh.... (aku kok demen banget sama 'nah' yang panjang ini yo?), ini
advance punya... :-) Ini level yang baru bisa kita kerjakan saat semua rasa cinta yang kita berikan adalah
unconditional love. Saat semua yang ada pada diri orang lain (termasuk kekurangannya) adalah
justru yang membuat kita makin menghormatinya sebagai
a unique being. Ketika segala kekurangan justru membuat kita makin yakin bahwa kitalah yang harus melengkapinya. Ketika kita tidak bisa lepas dari pasangan karena justru dia yang bisa mengisi kekurangan kita pula. Ketika hubungan, sudah berakar ke prinsip
'service to other relationship'.
Well, semua yang di atas itu cuma teori saya, bukan untuk bikin-bikin teori baru. Saya cuma berpikir, runyam juga ya kalau kita tidak berhasil masuk ke fase-fase yang lebih tinggi itu. Dan itu memang sulit sekali. Saya sih, sering terinspirasi dengan teori yang disampaikan teman saya, bahwa "
everything is love" (thanks to John Armitage).
Everything around you.... everything you see.... is love. Bener nggak sih?