Wednesday, November 13, 2002

Hening dan Doa

Pemerintah, telah menetapkan tanggal 15 November 2002 sebagai Hari Hening dan Doa Nasional. Masyarakat diimbau untuk mengheningkan cipta, mohon ampun atas kesalahannya, serta mendoakan korban tragedi kemanusiaan di Tanah Air sepanjang tahun 2002 dengan harapan agar masalah dan konflik yang dialami bangsa ini segera berakhir. Khusus untuk wilayah Bali, hening cipta dan berdoa dilaksanakan pada acara Pemarisudha Karipubhaya Tawur Agung, Tawur Gentuh, dan Pakelen di Legian, Kuta. (via Kompas)

Pagi ini, secara tak sengaja saya menemukan cuplikan yang berhubungan dengan peristiwa di atas. Dari aulia terkenal abad ini, Mother Theresa. Ujarnya, "Tuhan, bersahabat dengan diam. Kembang tumbuh tanpa kata dan bulan bergerak tanpa berisik." Hmm.... Hening.... saya seolah mendengar sesuatu yang universal di sini. Yang, IMHO, mungkin bisa menghapus semua perbedaan agama-agama di dunia.

Coba ingat, hening hadir saat kita tiba di satu satu titik di mana manusia tidak bisa mengungkapkan apapun kepada Sang Maha Tahu. Hening hadir, ketika bahasa apapun tidak bisa menjelaskan trauma-trauma yang berkecamuk di kepala kita. Hening, jadi hadir pada tempat yang mempersatukan Yang Maha Mulia dengan ciptaan-Nya. Moment tersebut hadir saat tafakur, saat kita mencapai samadhi. Orang Hindu mengenalnya sebagai sunyata, saat yang lebih mulia. Saat hening adalah saat doa, karena itu berarti kita membiarkan yang Maha Segalanya bekerja pada diri kita. Hening, menjadi moment kepasrahan pada Sang Khalik, yang berlaku untuk semua manusia, karena itu tidak bisa disamakan dengan "diam".

Sudah cukup banyak perdebatan dan analisa mengenai peristiwa di bali tersebut. Sudah cukup banyak orang yang dilibatkan dalam issue ini. Kalau kita bertanya, "Apa yang bisa kita lakukan?" Mungkin ini bisa saat yang tepat, untuk sejenak hening, dan mencoba untuk mengingat kembali bahwa kita semua adalah percikan terkecil dari ke-Illahi-an Sang Pencipta. Karena itu, kita semua sama.

Up date:
Saya sebenarnya mmmooouuummmmeet banget. Soalnya, harus menuliskan sesuatu yang susah untuk dijelaskan, dan mungkin tidak perlu untuk dijelaskan. Berasa sia-sia gak seh...... grin

Tuesday, November 12, 2002

Sungai Besar dan Sungai Kecil

Saya tuh cuma ingin ngobrol soal "berbagi ilmu", tentang sharing knowledge to everybody else. Mulai dari mana ya? Okelah, kalau ingat issue ini, kekaguman saya akan tertumpah pada guru-guru sekolah dan para pengajar. Kagum dengan kemampuan mereka untuk berbagi ilmu kepada orang lain. Kemampuan untuk menjadikan orang lain (murid-muridnya) lebih pandai dan bijak, bahkan melebihi diri mereka sendiri. Hal seperti ini juga yang mendasari kekaguman saya pada dunia internet, termasuk pada komunitas webblog. Ketika, banyak orang yang tidak saling kenal secara fisik, mau berbagi soal apa saja, share pengalaman, atau berbagi ilmu pengetahuan, atau sekedar berbagi rasa.

IMHO, untuk berbagi sesuatu, baik pengajar maupun praktisi dunia web, tidak melulu didasari 'kemampuan teknis'. Tidak semata ditentukan oleh kemampuan berbicara, tulis menulis, ataupun pengetahuan soal html dan php misalnya. Apapun itu, meminjam istilahnya Enda, yang terpenting adalah kemauan untuk berbagi.

Entah mengapa, ada banyak hal yang melatarbelakangi keengganan orang untuk membagi pengalaman, pengetahuan, ide-idenya ke orang lain. Ada banyak ketakutan di sana. Takut untuk dianggap salah, misalnya. Takut tidak didengar oleh audience-nya. Takut ide-idenya ditertawakan. Takut kehilangan sumber-sumber pendapatan, yang dikelolanya melalui pembatasan informasi tertentu misalnya. Sampai ketakutan karena idenya bisa dibaca atau dikembangkan lebih baik oleh orang lain.

Memang tidak mudah. Ketika saya mulai menulis blog ini, saya baru sadar kesulitan yang dihadapi para guru dan pengajar di sekolah. Kesulitan untuk yakin bahwa ide-ide bisa disampaikan dengan sebaik-baiknya. Cuma satu yang saya yakini, yaitu bahwa kita seharusnya jangan menjadi penakut untuk membuat orang lain lebih baik, lebih pandai, lebih bijak (bahkan melebihi diri kita sendiri). Karena (meminjam satu pepatah kuno), hanya sungai kecil yang kuatir akan air. Saya pilih jadi sungai besar, yang (mudah-mudahan) dapat terus mengalirkan ide-ide. Tanpa harus kuatir kehabisan air, tanpa harus kuatir ide-idenya diciduk orang lain terus menerus. Biarkan orang-orang bersampan dengan tenang, di atas aliran ide-ide kita.

Tapi.... (woalaaa...masih ada tapinya), tetaplah berair jernih, walau (sudah berasa) jadi sungai besar. Di era aquarius ini, polusi dan sampah informasi ada di mana-mana. Dan jika kita tidak hati-hati, sungai besar sekalipun bisa mampet. Mungkin juga kita bisa jadi saluran air PDAM, yang mengalirkan air (mudah-mudahan) bersih, tapi harus bayar... he...he...he... Don't take it personaly. I've just shared my thought of the day..... grin...
Melantonin dan Kebugaran

Apakah ada di antara pembaca yang pernah mengalami hal seperti ini: bekerja hingga larut malam, merasa lelah dan sangat mengantuk, tapi setelah lewat jam 12 malam, tiba-tiba rasa kantuk itu hilang. Atau, ada yang punya kebiasaan untuk bangun tengah malam, untuk berdoa, sembahyang tahajud, meditasi, ataupun membaca kitab suci? Mungkin karena jam-jam tersebut suasananya hening, sepi. Tapi bisa juga karena jam-jam tersebut memberi mood yang mendukung aktivitas bedoa / sembahyang tersebut.

Akhirnya saya tahu (belum lama), bahwa itu semua adalah salah satu perbuatan dari hormon melantonin, yang dihasilkan pineal gland kita. Letaknya kira-kira di tengah-tengah otak, kurang lebih setinggi alis mata. Penelitian telah membuktikan, bahwa hormon inilah yang mengatur 'kesegaran' tubuh kita, karena ia mengatur regenerasi sel-sel tubuh kita. Hormon ini, ternyata diproduksi oleh tubuh secara optimum kira-kira pukul 12 malam sampai jam 3 pagi. Karena itulah, kalau kita tidur telat, sampai lewat jam 2 atau 3 pagi misalnya, badan kita tidak terasa lebih segar. Walaupun kita sudah mencoba untuk balas dendam tidur berjam-jam lamanya.

Produksi hormon ini, juga akan lebih maksimal, dalam kondisi lingkungan yang lebih gelap. Karena itulah, banyak ahli yang menyarankan untuk tidur dengan mematikan lampu kamar. Juga dengan tidak menempatkan televisi di dalam kamar tidur. Produksi hormon ini juga diketahui meningkat, saat otak memasuki kondisi alpha. Suatu kondisi di mana otak dan tubuh, dalam bahasa awamnya, memasuki fase relaksasi total. Fase alpha ini, bisa tercapai saat tidur pulas, juga saat seseorang sedang meditasi. Kondisi ini juga bisa tercapai, saat kita mengerjakan doa, kontemplasi, atau sembahyang tahajud yang mengarahkan kita pada kepasrahan total. Karena pada aktivitas-aktivitas tersebut, tubuh benar-benar rileks, dan seluruh otot kehilangan ketegangannya. Tidak mengherankan, banyak praktisi spiritual yang menyukai aktivitas kontemplasi dan meditasi tengah malam. Karena pada saat itu produksi melantonin maksimum, mereka bahkan bisa terus beraktivitas tanpa perlu untuk tidur panjang.

Di kalangan praktisi spiritual, hormon melantonin dan terutama pineal gland, merupakan salah satu titik penting. Pinela glan, dipercaya menjadi salah satu simpul penting yang menentukan 'koneksi' (hubungan) seseorang dengan Sang Pencipta. Penyelidikan juga masih terus dilakukan, untuk membuktikan bahwa hormon ini mempengaruhi persentase pemakaian otak. Just fyi, otak manusia biasa cuma terpakai 4% nya saja. Dipercaya, manusia akan bisa mengakses otaknya lebih jauh lagi dengan bertambahnya pengetahuan mengenai pineal gland ini. Sayangnya, produksi hormon melantonin yang terlalu banyak, ditengarai menjadi salah satu pemicu sifat pelupa.
(diambil dari berbagai sumber)
/* ========google analytics===== =============================*/