Belajar
Satu hal yang saya senang saat bekerja sebagai arsitek adalah: say tidak akan pernah bosan. Pekerjaan pada profesi ini, umumnya based on project. Dan setiap project, memiliki keunikan tersendiri. Lokasi project, masalah, dan kebutuhan spasialnya tidak pernah sama. Kita juga dipaksa untuk terus meng-up date referensi di kepala kita, terutama soal material, trend design, serta teknologi terbaru dalam bidang konstruksi. Dalam skala yang lebih luas, teori-teori baru selalu bermunculan, karena ilmu arsitektur ini adalah ilmu untuk mengelola lingkungan binaan. Yang variable-nya banyak yang tak terukur, misalnya manusia, lingkungan sosial, kualitas ruang, dan lain-lain. Tapi juga ilmu ini sangatlah terukur, perhitungan konstruksi dan persyaratan teknis akan dipadukan dengan ukuran-ukuran dan spesifikasi teknis bahan bangunan. Untuk itu, dulu, saya punya journal harian, yang merupakan kumpulan tulisan dan sketsa. Mencatat semua yang saya dapat setiap hari. Mencatat semua masalah yang ada setiap hari. Yang walaupun kelihatan seperti coret-coretan biasa, namun pernah membuat saya terusir dari negeri Paman Sam. Intinya, pada profesi ini saya dituntut untuk selalu belajar hal-hal baru. Bahkan ada istilah yang mengatakan, dalam bidang ilmu arsitektur, kita balajar sedikit-sedikit dalam banyak hal. Sementara pada ilmu lainnya, kita belajar banyak (detil) dalam sedikit hal.
Di perusahaan yang sekarang, bukan berarti saya tidak belajar hal-hal baru. Tapi saya merasa proses pembelajaran itu hanya ada pada sekian bulan masa perkenalan. Setelah itu, saya tinggal mengikuti SOP, Standard Operational Procedure, yang ada. Masalah yang muncul pun, akan segera dapat dipecahkan dengan mengikuti manual yang ada. Tidak heran, tiga tahun terakhir ini kebiasaan untuk membuat journal harian itu hilang. Karena semuanya berlangsung ssebagai rutinitas biasa. Yang ada, saya hanya makin hapal dengan semua standard dan aturan yang ada. That's all. Memang, ketika masih di Product Development Section, saya pernah ikut mengembangkan Prodev on Screen. Suatu system yang (maunya) dibuat sederhana, untuk mendokumentasikan aktivitas dan progress dari project dan daily activity di sana. Tapi, project itu tidak pernah diteruskan lagi.
Weblog, yang baru saya kenal 3 minggu yang lalu (thanks Noy), ternyata mampu mengembalikan semangat saya seperti dulu lagi. Memang content-nya belum bisa berupa daily journal. Tidak juga dapat menampung sketsa-sketsa yang ingin saya buat. Tapi, ini kelihatannya awal yang baik. Karena seringkali kita terjebak dalam paradigma untuk berhenti belajar begitu kita memasuki dunia kerja. Padahal kita tidak dituntut untuk mendalami terlalu serius. Apa yang ingin saya lakukan adalah: just make a note. Buat catatan mengenai apapun, sama seperti waktu kita masih sekolah dulu. Content-nya mungkin dianggap tidak berarti. Tapi, kebiasaan ini akan terus memaksa kita untuk berpikir secara runtut, melihat secara lebih objective, dan (meminjam istilah orang jawa) titen. Titen yang berarti, melihat sampai ke detil yang tidak terlihat oleh orang lain. Kita akan belajar memperhatikan hal-hal ajeg (terjadi secara rutin, terus-menerus). Seorang profesor dari tanah air kita (maaf lupa namanya) pernah bilang, "Ke-ajeg-kan itu patut dicurigai. Mencurigai ke-ajeg-an itu sebenarnya adalah dasar dari semua dasar ilmu pengetahuan". Kalau dipikir benar juga ya, banyak toeri yang muncul, ilmu yang berkembang karena orang-orang pintar yang mempertanyakan ke-ajeg-kan yang terjadi di alam semesta.
Maka itulah, ayo terus belajar. Apapun, di manapun. and don't forget to make a note!!!
Satu hal yang saya senang saat bekerja sebagai arsitek adalah: say tidak akan pernah bosan. Pekerjaan pada profesi ini, umumnya based on project. Dan setiap project, memiliki keunikan tersendiri. Lokasi project, masalah, dan kebutuhan spasialnya tidak pernah sama. Kita juga dipaksa untuk terus meng-up date referensi di kepala kita, terutama soal material, trend design, serta teknologi terbaru dalam bidang konstruksi. Dalam skala yang lebih luas, teori-teori baru selalu bermunculan, karena ilmu arsitektur ini adalah ilmu untuk mengelola lingkungan binaan. Yang variable-nya banyak yang tak terukur, misalnya manusia, lingkungan sosial, kualitas ruang, dan lain-lain. Tapi juga ilmu ini sangatlah terukur, perhitungan konstruksi dan persyaratan teknis akan dipadukan dengan ukuran-ukuran dan spesifikasi teknis bahan bangunan. Untuk itu, dulu, saya punya journal harian, yang merupakan kumpulan tulisan dan sketsa. Mencatat semua yang saya dapat setiap hari. Mencatat semua masalah yang ada setiap hari. Yang walaupun kelihatan seperti coret-coretan biasa, namun pernah membuat saya terusir dari negeri Paman Sam. Intinya, pada profesi ini saya dituntut untuk selalu belajar hal-hal baru. Bahkan ada istilah yang mengatakan, dalam bidang ilmu arsitektur, kita balajar sedikit-sedikit dalam banyak hal. Sementara pada ilmu lainnya, kita belajar banyak (detil) dalam sedikit hal.
Di perusahaan yang sekarang, bukan berarti saya tidak belajar hal-hal baru. Tapi saya merasa proses pembelajaran itu hanya ada pada sekian bulan masa perkenalan. Setelah itu, saya tinggal mengikuti SOP, Standard Operational Procedure, yang ada. Masalah yang muncul pun, akan segera dapat dipecahkan dengan mengikuti manual yang ada. Tidak heran, tiga tahun terakhir ini kebiasaan untuk membuat journal harian itu hilang. Karena semuanya berlangsung ssebagai rutinitas biasa. Yang ada, saya hanya makin hapal dengan semua standard dan aturan yang ada. That's all. Memang, ketika masih di Product Development Section, saya pernah ikut mengembangkan Prodev on Screen. Suatu system yang (maunya) dibuat sederhana, untuk mendokumentasikan aktivitas dan progress dari project dan daily activity di sana. Tapi, project itu tidak pernah diteruskan lagi.
Weblog, yang baru saya kenal 3 minggu yang lalu (thanks Noy), ternyata mampu mengembalikan semangat saya seperti dulu lagi. Memang content-nya belum bisa berupa daily journal. Tidak juga dapat menampung sketsa-sketsa yang ingin saya buat. Tapi, ini kelihatannya awal yang baik. Karena seringkali kita terjebak dalam paradigma untuk berhenti belajar begitu kita memasuki dunia kerja. Padahal kita tidak dituntut untuk mendalami terlalu serius. Apa yang ingin saya lakukan adalah: just make a note. Buat catatan mengenai apapun, sama seperti waktu kita masih sekolah dulu. Content-nya mungkin dianggap tidak berarti. Tapi, kebiasaan ini akan terus memaksa kita untuk berpikir secara runtut, melihat secara lebih objective, dan (meminjam istilah orang jawa) titen. Titen yang berarti, melihat sampai ke detil yang tidak terlihat oleh orang lain. Kita akan belajar memperhatikan hal-hal ajeg (terjadi secara rutin, terus-menerus). Seorang profesor dari tanah air kita (maaf lupa namanya) pernah bilang, "Ke-ajeg-kan itu patut dicurigai. Mencurigai ke-ajeg-an itu sebenarnya adalah dasar dari semua dasar ilmu pengetahuan". Kalau dipikir benar juga ya, banyak toeri yang muncul, ilmu yang berkembang karena orang-orang pintar yang mempertanyakan ke-ajeg-kan yang terjadi di alam semesta.
Maka itulah, ayo terus belajar. Apapun, di manapun. and don't forget to make a note!!!